Taufik : Perjuangan Siswa Tanpa Batas - SMAN 1 Sewon

Berita

SMAN 1 Sewon

Taufik : Perjuangan Siswa Tanpa Batas

Oleh person Dikutip dengan perubahan : Tribun Jogja   | 12 April 2018 Dibaca : 1869 kali



Taufik : Perjuangan Siswa Tanpa Batas

Meski memiliki penglihatan tak sempurna, Taufik Rahmadi, siswa berkebutuhan khusus SMA N 1 Sewon tak patah arang untuk menggapai cita-cita.

Semangatnya untuk terus menuntut ilmu patut diacungi jempol.

Apalagi, ia memiliki tekad kuat untuk berkarya dan membuktikan bahwa dirinya mampu berkompetisi bersama siswa normal lainnya.

"Saya pengen berkarya, saya pengen berjuang, saya pengen bersama teman-teman semua," ujar Taufik, Senin (09/04/2018).

Taufik sendiri merupakan warga asli Medan, ia sengaja datang ke kota Yogyakarta dan tinggal di yayasan Yaketunis, Yogya, untuk mendapat pendidikan lebih tinggi.

Ketika ditanya alasannya, Taufik mengaku di tempat tinggalnya, di Medan, belum menemukan adanya sekolah inklusi yang memberikan ruang kepada anak difabel berjuang bersama-sama dengan anak-anak normal lain.

"Di sini saya senang karena pendidikan tidak dibeda-bedakan," ungkap dia.

Alasan kuat ia tak mau menimba ilmu di sekolah luar biasa (SLB) karena ingin membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing bersama teman-teman normal lainnya.

"Kalau belajar di SLB cuma memiliki teman yang sama-sama berkebutuhan khusus, menurut saya tidak ada kemajuan," ujarnya.

Taufik mengungkapkan dalam menerima pelajaran, dirinya sedikit terkendala saat mengerjakan soal-soal  matematika dan pelajaran seni.

Alasan utamanya, karena seni dan matematika membutuhkan ketelitian pada gambar-gambar, sehingga sangat susah bagi dirinya untuk mempelajarinya secara detail.

Selama ini, ia mengaku selalu berusaha untuk menyesuaikan, meyakinkan dan berkompetisi dalam hal pelajaran.

"Selain pelajaran matematika sama seni, saya enjoy aja. Paling penting, bagaimana kita meyakinkan, bagaimana kita bisa melihat peluang dan bisa berkompitisi dengan lainnya," ucap Taufik penuh semangat.

Hari pertama mengikuti ujian nasional, wajah Taufik Rahmadi terlihat sumringah.

Dipandu seorang siswi, ia melewati lorong sekolah, menuju ruang ujian anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan wajah riang.

Tak tampak sedikitpun raut muka takut, minder, apalagi grogi.

Ia berjalan pasti.

Taufik Rahmadi merupakan siswa kelas XII IPS SMA 1 Sewon.

Berbeda dengan teman-teman yang lain, ia mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) menggunakan paper tes lantaran terkendala pada penglihatan.

Kepada Tribun Jogja, hari pertama mengikuti ujian nasional, Taufik mengaku sepenuhnya telah siap.

"Persiapan, alhamdulilah 3 mata pelajaran lancar. Saya yang kurang Matematika," terangnya.

Sejauh ini, ia mengaku tidak mengalami kendala berarti dalam menerima pelajaran maupun latihan ujian (try out).

Hanya saja, sedikit kesulitan ketika try out menggunakan komputer yang dipakai secara bersama-sama dengan teman normal yang lain.

"Pas try out coba pakai komputer yang sama-sama bareng teman yang lain. Mereka dalam membaca berisik, jadi saya kurang nyaman," ungkap dia.

Ketika disinggung kesulitan dalam membaca soal, ia mengaku tidak ada masalah.

Semenjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia mengatakan sudah melakukan semua itu dengan baik.

Namun demikian, ia berharap alangkah baiknya ketika ujian bisa membaca soal sendiri menggunakan huruf braille, maupun mengoperasikan komputer secara mandiri.

"Kemarin ditawari ujian pakai huruf braille saya nggak berani ngambil karena tidak ada pertambahan waktu," terangnya.

"Mengerjakan soal braille butuh waktu lama, minimal dua jam setengah. Sementara, untuk ujian kan cuma ada waktu 2 jam. Saya nggak berani," imbuh dia.

"Alhamdulilah semua berjalan lancar. Tidak ada yang sulit. Semoga nilainya baik dan memuaskan," harap dia ketika keluar ruang ujian.